Photograhpy

8.13.2009

Coretan Dalam Dinding

| | 0 komentar
Bocah kecil itu masih berdiri di sebuah sudut rumah yang megah. Pakaiannya terlihat begitu compang-camping bak seorang pemulung. Ditangannya sebuah kapur yang entah didapat dari mana meliuk-liuk di dinding tinggi bercat merah itu. Tangannya yang mungil cekatan sekali memegang kapur yang tinggal setengah itu. Membuat sebuah gambar yang tak jelas bentuknya. Dan di bawah gambar itu ditulisnya beberapa syair lagu kesukaannya. Disamping bocah itu adiknya yang masih berumur empat tahun duduk lemas. Sudah empat hari ia tak makan nasi. HAnya beberapa pisang goreng yang dapat dibelinya dari uang hasil mengamen sepanjang hari.

Kakaknya berhenti sebentar, dilihatnya adiknya yang tampak lemas sama sepertinya. Ia pun juga tak makan nasi selama empat hari. Dan kini bingung harus mencari uang kemana. Gitar yang biasa dipakenya buat mengamen sudah disita empat hari yang lalu oleh satpol PP. Sedangkan ayahnya kabur dengan istri tetangga entah kemana setelah ibunya meninggal beberapa minggu yang lalu. Dan kini ialah yang harus menghidupi adik dan dirinya sendiri.

Hari semakin sore ketika dilihat adiknya tertidur. oenyakit yang diderita adikknya cukup membuat badan bocah yang mungil itu tidur terlelap. mencoba melawan diare yang dideritanya. Dibibirnya terdengar igauan tentang apa yang harus dilakukannya. Ia pandang langit yang suram itu sekejap mata. Lalu diselimuti tubuh adiknya dengan sebuah gombal yang sudah bolong sana-sani. Ia beranjak meninggalkan adiknnya. Mencari sesuap nasi diperempatan.

Seratus meter dari tempatnya, seorang ibu muda dengan make up yang tebal sedang menggendong tas yang besar. Ditangan kirinya sebuah dompet yang terlihat tebal memancing niat jahat bocah itu. Dibuntutinya ibu muda itu hingga tempat yang dirasanya sepi. Dan dengan cepat ditariknya dompet itu dari genggaman ibu muda tadi.

Orang-orang yang mendengar teriakan ibu itu lantas berhamburan mengejar bocah yang malang itu. Langkah kakinya sempoyongan menghindar lebih dari seratus orang yang mengejarnya. Hatinya menjadi ciut. Dengan nafas yang tersisa ia berlari secepat yang ia bisa. Hingga sebuah batu membuatnya robih dan jatuh tersungkur. Ia tak dapat berdiri lagi sewaktu sebuah balok kayu menghantam pundaknya dan selebihnya ia hanya bisa menahan rasa sakit yang teramat sangat. Puluhan orang mengeroyok dirinya yang masih bocah itu. Dan ketika ia mencium bau bensin sadarlah ia bahwa takdir sudah dekat. Seluruh bajunya basah dengan siraman bensin. Ia menangis....meminta ampun..dan puluhan kata terlontar dari mulutnya. Ia berteriak...ia merasakan panas di tubuhnya. Dan semua jadi gelap.

Bersamaan dengan itu satu hal yang tak diketahui bocah yang malang itu. Satu hal yang membuat ia menjadi begitu. Bahwa ia akan tetap bersama adik dan ibunya di alam yang sama. Karna hanya beberapa menit setelah ia meninggalkan adiknya. Bocah yang sakit itu sudah menghadap ilahi terlebih dahulu daripada sang kakak. Dan waktu malam datang dengan dingin, tangan gemas seorang bocah itu hanya meninggalkan coretan dalam dinding.

0 komentar:

 
Twitter Facebook Dribbble SutaStudio Behance Pinterest